Pasir Berbisik Bromo
Pasir Berbisik Bromo
Wisata Bromo atau Bromo Tour memang tidak lepas dari keindahan alam yang begitu mempesona serta terkenal dijagad dunia dengan keindahan Sunrisenya dan mengalihkan dunia, salah satunya Pasir Berbisik Bromo merupakan sebuah tempat menarik di kawasan gunung Bromo, kenapa disebut pasir berbisik? terdapat beberapa kisah dan sejarah pada nama itu.
Sebelumnya kami Bromo tour sudah pernah membahas tentang obyek Padang Rumput Savana Bromo, Penanjakan 1 Bromo dan Kawah Bromo serta kali ini Bromo Malang ingin mengulas tentang Pasir Berbisik untuk Anda yang mencari informasi menarik di Bromo dan untuk Anda yang tertarik menghabiskan liburan anda baik bersama keluarga maupun bersama kolega ke wisata gunung Bromo.
Sebelumnya kami Bromo tour sudah pernah membahas tentang obyek Padang Rumput Savana Bromo, Penanjakan 1 Bromo dan Kawah Bromo serta kali ini Bromo Malang ingin mengulas tentang Pasir Berbisik untuk Anda yang mencari informasi menarik di Bromo dan untuk Anda yang tertarik menghabiskan liburan anda baik bersama keluarga maupun bersama kolega ke wisata gunung Bromo.
Pasir Berbisik Bromo
Pasir Berbisik Bromo Merupakan serangkain Tour wisata Bromo siapakah yang menamai itu dulu menurut cerita yang ada wisata ini pernah dipakai pertunjukan Film yang di perankan oleh dian Sastro, ceritanya menurut mbah WikiPedia adalah Daya (Dian Sastrowardoyo) adalah seorang gadis muda yang hidup disebuah perkampungan miskin dekat wilayah pantai bersama ibunya Berlian (Christine Hakim) yang bekerja sebagai penjual jamu.
Ayah Daya, Agus (Slamet Rahardjo Djarot) adalah seorang dalang wayang kecil yang menghilang saat Daya masih kecil. Ketidakberadaan Agus membuat Berlian membesarkan Daya sendirian di tengah kampung yang jauh dari peradaban modern, menjadikan Berlian sebagai ibu yang sangat protektif, apalagi Daya kini sudah menjadi seorang gadis. Daya yang terkungkung dari sosial dan kerap membayangkan kehadiran sang ayah.
Dalam keanehannya, Daya sering menelungkupkan diri ke sebuah tanah pasir, ia selalu mengira pasir selalu berbisik kepadanya. Daya juga mengharapkan, saat ayahnya pulang, Daya bisa ikut dengannya untuk pergi, jauh dari ibunya. dikampung itu, terjadi sebuah teror tak lazim, dimana banyak orang meninggal dan rumah terbakar, hal itu membuat banyak orang berpindah. Suatu hari, sekelompok orang entah dari mana menyerang kampung tersebut.
Daya dan Berlian segera membawa perbekalan dan pakaian secukupnya untuk kabur dari kampung. Mereka berjalan tak tentu arah, Berlian teringat perkataan adiknya yang kini menjadi penari ronggeng keliling, bahwa tempat yang paling aman dekat kampung adalah Pasir Putih.
Ayah Daya, Agus (Slamet Rahardjo Djarot) adalah seorang dalang wayang kecil yang menghilang saat Daya masih kecil. Ketidakberadaan Agus membuat Berlian membesarkan Daya sendirian di tengah kampung yang jauh dari peradaban modern, menjadikan Berlian sebagai ibu yang sangat protektif, apalagi Daya kini sudah menjadi seorang gadis. Daya yang terkungkung dari sosial dan kerap membayangkan kehadiran sang ayah.
Dalam keanehannya, Daya sering menelungkupkan diri ke sebuah tanah pasir, ia selalu mengira pasir selalu berbisik kepadanya. Daya juga mengharapkan, saat ayahnya pulang, Daya bisa ikut dengannya untuk pergi, jauh dari ibunya. dikampung itu, terjadi sebuah teror tak lazim, dimana banyak orang meninggal dan rumah terbakar, hal itu membuat banyak orang berpindah. Suatu hari, sekelompok orang entah dari mana menyerang kampung tersebut.
Daya dan Berlian segera membawa perbekalan dan pakaian secukupnya untuk kabur dari kampung. Mereka berjalan tak tentu arah, Berlian teringat perkataan adiknya yang kini menjadi penari ronggeng keliling, bahwa tempat yang paling aman dekat kampung adalah Pasir Putih.
Daya dan Berlian akhirnya bisa bermukim di Pasir Putih dengan menempati satu gubuk yang kosong. Saat Berlian membuka warung jamu, seorang pria bernama Suwito (Didi Petet) yang berprofesi sebagai tukang jual-beli, berkenalan dengan Berlian dan terpikat secara rahasia dengan Daya.
Daya berteman dengan seorang gadis sebayanya yang bernama Sukma (Dessy Fitri). Sukma berkata bahwa ia tahu saat orang baru datang, berkat pasir. Sukma dan Daya belajar dengan kakek Sukma (Mang Udel). Suatu hari, Daya berjalan sendiri dan bertemu kelompok penari ronggeng dan bertemu Bu Lik nya.
Bu Lik memberikan Daya sebuah baju ronggeng, dan sejak itu Daya menjadi suka menari. Karena keterlenaan Daya pada menari dengan baju ronggeng, diam-diam Berlian membakar baju itu, membuat Daya tambah sebal dengannya. Bu Lik akhirnya pergi, beserta rombongannya, ia memperingatkan Berlian bahwa apabila ia berperilaku keras kepada anaknya, anaknya akan pergi. Suatu malam, Agus pulang dan kembali ke rumah di Pasir Putih.
Daya berteman dengan seorang gadis sebayanya yang bernama Sukma (Dessy Fitri). Sukma berkata bahwa ia tahu saat orang baru datang, berkat pasir. Sukma dan Daya belajar dengan kakek Sukma (Mang Udel). Suatu hari, Daya berjalan sendiri dan bertemu kelompok penari ronggeng dan bertemu Bu Lik nya.
Bu Lik memberikan Daya sebuah baju ronggeng, dan sejak itu Daya menjadi suka menari. Karena keterlenaan Daya pada menari dengan baju ronggeng, diam-diam Berlian membakar baju itu, membuat Daya tambah sebal dengannya. Bu Lik akhirnya pergi, beserta rombongannya, ia memperingatkan Berlian bahwa apabila ia berperilaku keras kepada anaknya, anaknya akan pergi. Suatu malam, Agus pulang dan kembali ke rumah di Pasir Putih.
Reuni ini tidak disambut meriah oleh Berlian yang menyatakan bahwa ia sudah tidak membutuhkan Agus lagi. Agus dan Daya cepat menjadi keluarga lagi karena profil Agus yang menyenangkan. Dihadapan Daya dan Sukma, Agus mempraktekan cara menarik perhatian orang saat menyelenggarakan pertunjukan. Sepulangnya, Daya dan Sukma bermain di lading kering, tiba-tiba Sukma ambruk dan meninggal karena terjatuh dan kepalanya terantuk batu tajam.
Tentulah Daya sangat kehilangan sahabatnya itu. Kemudian, Agus selama beberapa hari membawa Daya ke Suwito. Ternyata, Daya dilecehkan oleh Suwito setelah Suwito memberikan Agus sebungkus rokok mahal. Daya menjadi trauma dan jatuh sakit.
Tentulah Daya sangat kehilangan sahabatnya itu. Kemudian, Agus selama beberapa hari membawa Daya ke Suwito. Ternyata, Daya dilecehkan oleh Suwito setelah Suwito memberikan Agus sebungkus rokok mahal. Daya menjadi trauma dan jatuh sakit.
Berlian merawat Daya. Ia meminumkan racun ke Agus yang sedang ingin tertidur, iapun meninggal. Lalu, Daya akhirnya kembali terbangun. Ia dan Berlian menjalani kehidupan selama beberapa hari sebelum rumah mereka terbakar oleh teror tak lazim. Film berakhir dengan Berlian yang menyuruh Daya pergi bersama kakek Sukma, merelakan dirinya sendirian.
Itulah salah satu keunikan lain dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yaitu berupa padang pasir yang berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl, Pasir Berbisik Bromo itu sendiri sebenarnya ialah kaldera raksasa, bagian dari kawasan pegunungan tengger yang diameternya sekitar 8-10 Km. Jadi ketika anda berada dilautan pasir Bromo, sebenarnya anda sedang berada di area pegunungan tengger yang beberapa gunungnya masih sangat aktif salah satunya Bromo serta gunung tertinggi yang berada di kawasan TNTBS yaitu Gunung Semeru, jika berada dikawasan tour bromo pasir berbisik ini sempatkan untuk melihat ketas sebelah timur disitu anda akan memandang bukit dengan ketinggian 2.900 mdpl yang biasa di sebeut dengan Puncak Bromo B29 Argosari Lumajang.
Demikian sedikit informasi Pasir Berbisik Bromo semoga bermanfaat, untuk pemesanan paket wisata bromo, sewa jeep bromo dan penginapan bromo silahkan hubungi Kontak Kami
Pasir Berbisik Bromo
Paket Tour menarik Lainnya: